Kristen Sejati
An Indonesian Christian E-Forum

 

Selected Postings

The life of Edgar Allen Poe Ecclesiastes 1:1-2 Pemeliharaan Allah
Burdens that are Blessings John Wesley's singing rules

Home

The life of Edgar Allen Poe

The life of Edgar Allen Poe is one of the most tragic of all American writers. Within a brief span of forty years he literally went from riches to rags. Raised by foster parents who loved him deeply, he was provided with an education that matched his genius in his field of interest. He attended private schools in England. He was schooled in Richmond at the University of Virginia. He even spent a period of time as a cadet at West Point.

Poe, in his heyday, was unparalleled as a literary critic, editor, poet, and author of short stories. Most of us have probably had our spines tingled by The Pit and the Pendulum or The Tell-Tale Heart or The Raven. His works have indeed left their mark.

But the mark left by his life is another story. Poe lost his young bride through a bitter case of tuberculosis. By that time, alcohol and drug abuse, along with involvement in the occult and Satanism, had proved to be his undoing. Depression and insanity plagued his short life, eventually leaving him unconscious in the gutter of a windswept street in Baltimore. Four days later he died, having never regained consciousness.

Poe began his life with money and brilliance, which quickly brought him prestige and fame. But it was only a matter of time before he became a ragged, penniless bum.

This tragedy, the slow slip from riches to rags, happens not only to individuals but to churches as well. The church at Corinth was just such a case. Its beginning was so rich that it seemed invincible. Like Poe, it went from riches to the beggarly rags of spiritual poverty before it finally ended up in the gutter.
(See:  1 Tim 1:19; Heb 10:38; 2 Pet 2:20)

TO TOP

Ecclesiastes 1:1-2
1) The words of the Preacher, the son of David, king in Jerusalem.  
2)Vanity of vanities, saith the Preacher, vanity of vanities; all [is] vanity.

Ecclesiastes 2:21-26
21) For there is a man whose labour [is] in wisdom, and in knowledge, and in equity; yet to a man that hath not laboured therein shall he leave it [for] his portion. This also [is] vanity and a great evil. 22) For what hath man of all his labour, and of the vexation of his heart, wherein he hath laboured under the sun?   23) For all his days [are] sorrows, and his travail grief; yea, his heart taketh not rest in the night. This is also vanity.   24) [There is] nothing better for a man, [than] that he should eat and drink, and [that] he should make his soul enjoy good in his labour. This also I saw, that it [was] from the hand of God. 25) For who can eat, or who else can hasten [hereunto], more than I?   26) For [God] giveth to a man that [is] good in his sight wisdom, and knowledge, and joy: but to the sinner he giveth travail, to gather and to heap up, that he may give to [him that is] good before God. This also [is] vanity and vexation of spirit.

Can you share with your understanding of these verses?

Thanks in advance.

TO TOP

PEMELIHARAAN ALLAH

Kejadian 45:5, "Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu." - "ve'atah {dan sekarang} al-te'atsevu {janganlah bersusah hati} ve'al-yikhar {dan jangan marah} be'eyneykem {pada dirimu} ki-mekartem {sebab menjual aku} oti henah {ke sini} ki {sebab} lemikhyah {sebab untuk memelihara kehidupan} sylakhany {menyuruh aku} elohim {Allah} lifneykem {mendahului kamu}"

Setelah Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi, Ia tidak meninggalkan dunia berjalan sendiri. Sebaliknya, Ia terus terlibat di dalam kehidupan umat-Nya dan di dalam pemeliharaan ciptaan-Nya. Allah bukanlah seperti seorang ahli pembuat jam yang membuat bumi, menjalankannya, dan kini membiarkannya berjalan sendiri; Ia adalah Bapa penuh kasih yang senantiasa memelihara apa yang telah diciptakan-Nya. Perhatian Allah yang terus-menerus atas ciptaan dan umat-Nya secara doktrin disebut pemeliharaan Allah.

Setidak-tidaknya terdapat tiga aspek pemeliharaan Allah.

[1] Pelestarian. Dengan kuasa-Nya Allah melestarikan dunia yang diciptakan-Nya. Pengakuan Daud itu jelas, "Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan (versi Inggris NIV -- peliharakan), ya Tuhan" (Mazmur 36:7). Kuasa Allah yang melestarikan terlaksana melalui Putra-Nya Yesus Kristus, sebagaimana ditegaskan oleh Paulus dalam Kolose 1:17,  "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Oleh kuasa Kristus partikel hidup yang terkecil pun dipersatukan.

[2] Penyediaan. Allah bukan saja melestarikan bumi yang diciptakan-Nya, tetapi Ia juga menyediakan apa yang diperlukan oleh ciptaan-Nya itu. Ketika Allah menciptakan bumi, Ia menciptakan musim dan memberi makan manusia dan hewan. Setelah air bah menghancurkan bumi, Allah memperbaharui janji penyediaan ini dengan berfirman, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam". Beberapa mazmur menegaskan kebaikan Allah dalam menyediakan kebutuhan bagi makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Allah sendiri menyatakan kuasa-Nya untuk menciptakan dan memelihara kepada Ayub, dan Yesus mengatakan dengan tegas bahwa Allah menyediakan kebutuhan burung-burung di udara dan bunga-bunga bakung di padang. Pemeliharaan-Nya
menyediakan bukan saja kebutuhan jasmaniah manusia, tetapi juga kebutuhan rohaninya. Alkitab menyatakan bahwa Allah menunjukkan kasih dan perhatian khusus bagi umat-Nya, yang masing-masing pribadi dihargai-Nya. Paulus menulis dengan tegas kepada jemaat di Filipi, "Allahku akan memenuhi  segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus". Menurut rasul Yohanes, Allah menginginkan agar umat-Nya "baik-baik dan sehat-sehat saja" dan beres segala sesuatunya.

[3] Pemerintahan. Di samping pelestarian dan penyediaan kebutuhan ciptaan-Nya, Ia juga memerintah dunia ini. Karena Allah berdaulat, peristiwa-peristiwa dalam sejarah terjadi menurut kehendak-Nya yang  mengizinkan dan pengawasan-Nya; kadang-kadang Ia turun tangan langsung melaksanakan maksud-maksud penebusan-Nya. Sekalipun demikian, hingga Allah menyelesaikan sejarah, Ia telah membatasi kuasa dan kepemimpinan-Nya atas dunia ini. Alkitab mengatakan bahwa Iblis adalah
"ilah zaman ini" dan menjalankan penguasaan yang cukup besar pada zaman yang jahat ini. Dengan kata lain, dunia kini tidak tunduk kepada kuasa pengaturan Allah, tetapi sedang memberontak terhadap Dia dan diperbudak oleh Iblis. Akan tetapi, perhatikan bahwa pembatasan diri pada pihak Allah ini hanya bersifat sementara; pada saat yang telah ditentukan dalam hikmat-Nya, Ia akan membinasakan Iblis dan semua kekuatan kejahatan.

Penyataan alkitabiah menunjukkan bahwa pemeliharaan Allah bukan sebuah doktrin abstrak, tetapi berlaku untuk kehidupan sehari-hari di dalam dunia yang jahat dan berdosa.

Setiap orang mengalami penderitaan di dalam hidupnya dan pasti bertanya, "Mengapa?". Pengalaman-pengalaman semacam itu menimbulkan persoalan tentang kejahatan dan tempatnya dalam rencana Allah.

Allah mengizinkan manusia mengalami akibat-akibat dosa yang masuk ke dalam dunia melalui kejatuhan Adam dan Hawa. Yusuf, misalnya, banyak menderita akibat iri hati dan kekejaman kakak-kakaknya. Ia dijual sebagai budak dan menjadi budak Potifar di Mesir. Sekalipun hidup dengan takut akan Allah di Mesir, ia secara tidak adil dituduh melakukan kebejatan, dijebloskan ke dalam penjara dan berada di situ sepanjang dua tahun lebih. Allah dapat mengizinkan penderitaan karena perbuatan-perbuatan jahat sesama manusia, sekalipun Ia dapat mengatasi perbuatan-perbuatan itu supaya melaksanakan kehendak-Nya. Berdasarkan kesaksian Yusuf, Allah bekerja melalui dosa saudara-saudaranya untuk memelihara hidup.

Bukan saja kita menderita karena akibat dosa orang lain, kita juga mengalami penderitaan sebagai akibat perbuatan dosa kita sendiri. Misalnya, dosa kebejatan dan perzinaan sering kali mengakibatkan kehancuran pernikahan dan keluarga. Dosa kemarahan tak terkendali terhadap orang lain dapat mengakibatkan cedera serius atau bahkan kematian salah satu pihak. Dosa keserakahan dapat mengakibatkan hukuman penjara bagi seorang yang mencuri atau menggelapkan uang.

Penderitaan juga terjadi di dunia karena Iblis, ilah zaman ini, diizinkan melakukan pekerjaannya dengan membutakan pikiran orang tidak percaya dan menguasai kehidupan mereka. Perjanjian Baru penuh dengan contoh orang-orang yang menderita karena setan-setan yang menganiaya mereka dengan penyakit mental atau dengan penyakit jasmani. Mengatakan bahwa Allah mengizinkan penderitaan tidak berarti bahwa Allah menyebabkan semua kejahatan yang kita alami di dunia ini, atau bahwa Dia secara pribadi menetapkan semua tragedi dalam kehidupan ini. Allah tidak pernah menyebabkan kejahatan atau ketidaksalehan. Sekalipun demikian, kadang-kadang Ia mengizinkannya terjadi, mengarahkannya dan menguasainya supaya mengerjakan kehendak-Nya, melaksanakan maksud penebusan-Nya, dan
di dalam segala sesuatu mendatangkan yang baik bagi mereka yang setia kepada-Nya.

Supaya kita dapat mengalami pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita, Alkitab menyatakan bahwa kita mempunyai beberapa tanggung jawab.

Kita harus taat kepada Allah dan kehendak-Nya yang telah dinyatakan. Misalnya, dalam hal Yusuf, jelaslah bahwa karena ia menghormati Allah dengan hidupnya yang taat, Allah menghormatinya dengan menyertainya. Demikian pula, supaya Yesus sendiri mengalami perlindungan Allah dari maksud raja Herodes untuk membunuhnya, orang-tuanya harus menaati Allah dan lari ke Mesir. Mereka yang takut akan Allah dan mengakui Dia di dalam semua perbuatannya memiliki janji bahwa Allah akan meluruskan jalan-jalan mereka.

Di dalam pemeliharaan-Nya, Allah mengarahkan hal ihwal gereja dan setiap kita selaku hamba-Nya. Kita harus senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Nya bagi kehidupan kita sementara melayani Dia dan melayani sesama atas nama-Nya.

Kita harus mengasihi Allah dan tunduk kepada-Nya dengan iman kepada Kristus jikalau kita ingin Ia mendatangkan kebaikan bagi kita di dalam segala sesuatu.

Untuk mengalami pemeliharaan Allah di tengah-tengah penderitaan, kita harus senantiasa berseru kepada-Nya di dalam doa dan iman yang tekun. Melalui doa dan kepercayaan, kita mengalami damai sejahtera Allah, kita menerima kekuatan dari Tuhan, dan kita menerima rahmat, kasih karunia, dan pertolongan Allah pada waktunya. Doa-doa iman semacam itu dapat dipanjatkan untuk diri sendiri atau untuk orang lain.

TO TOP

Burdens that are Blessings

An old legend says that at creation the birds felt cheated and hurt because they received wings. Wings appeared to be burdens which none of the other animals were asked to carry. All was changed, however,  when the birds learned that wings were not burdens but blessings that borne them to the sky. Because they were given wings they could rise above the earth and see sights which no other animal could see. What  seemed like burdens were really blessings. See:  Genesis 1:21; Psalm 55:6

TO TOP

John Wesley's singing rules :
  • Learn the tune
  • Sing them as they are printed
  • Sing all. "If it is a cross to you, take it up and you will find
    a blessing."
  • Sing lustily and with a good courage
  • Sing modestly. Do not bawl.
  • Sing in time. Do not run before or stay behind.
  • Above all, sing spiritually. Have an eye to God in every word you sing. Aim at pleasing Him more than yourself, or any other creature. In order to do this, attend strictly to the sense of what you sing,
    and see that your heart is not carried away with the sound, but
    offered to God continually.

TO TOP